Tuesday, September 6, 2011

Antara Cinta dan Pujangga, penjajah cinta dan penjual cinta


Sunyi senyap diselimuti warna kelabu
pada pekatnya malam
imaginasimu mengebu..

Sendiri
menepi di sisi kota
jauh dari kawan
jauh pula dari keramaian
terjaga dari kerdipan mata
segala bayang
segala bahasa
dan segala rasa kau satukan dalam tinta

Angin berhembus dingin
menghampar di padang kesunyian
dan hilang seakan berbisik dalam nyanyian
"betapa indahnya angan-angan"
kau pun kembali melukis dalam keindahan kata-kata
yang terlahir dalam alami
tetapi hibanya
dan enggan mengerti
sebab hanya mampu menafsir
di sebahagian kata

Duhai Sang Pujangga
dalam kata-kata indah cintamu
bersayap sehingga mungkin sanggup menggapai
di segala asa

Tapi nyatanya yang kulihat
ketika menatap rembulan
kau menangis menyambut fajar

Duhai Sang Pujangga
di mana lagi ceritamu yang nyata
tentang indahnya dunia bila ada cinta
jangan sembunyikan duka disebalik senyummu
jangan dustai hati para insan
bila cinta memang perih katakanlah perih
jangan berkata itu indah tapi dengan airmata

Duhai Sang Pujangga
Padamu tempat segala bahasa cinta
begitu indah meskipun tak nampak
oleh sang mata

kau penghibur bagi jiwa-jiwa
yang dahaga asmara
kau pelebur bagi hati yang keras 
laksana batu
tapi kau lemah bagai budak jelata
tak berharta dan dipandang sebelah mata
kau hina bagai bidu-biduan pelacur yang rela
dagangkan bahasa
jiwa dan nyanyian
pada orang-orang kaya yang begitu murah

memang kau berhati murahan
dan kau hampa meski banyak cinta
tetapi kekasihpun tiada..

No comments:

Post a Comment