kau usapkan telapak tanganmu ke wajahku yang pucat
menyentuh pipi sejukku,
terlihat rindu tak berbahasa dalam deras jantungmu
ketakutan kehilangan
menyatu nafasmu
nafasmu yang mengalir dalam nafasku
Kau belai rambutku
dengan kelembutan angin malam
terasa getaran menyatu diujung jari-jarimu
tak kuasa menahan gejolak kasih
limpahan nuansa kejora malam yang tak bertepi
kita menyepi.kau aku mendiam
pelukanku erat, kau rangkul dengan kasihmu
Bersungguh aku menahan tangis
untuk kau lihat manis riak wajahku
untuk kau tatap
Tak akan kutinggalkan hatimu yang manangis pilu
telah terpatri janji pada kedalaman nurani
akan ikut menyatu kegalauan kasih dalam derita
meski kekuatan malam hendak meragas
Penyatuan mata hati
yang beku memaku bahasa rindu
Apa dayaku..
Jiwa rapuh.
Katanya "angkat, pandang wajahku"
harus bagaimana aku lontarkan debarku?
bila kau bisik begitu dekat ditelingaku
kala lirih matamu memanah tepat ke jantung hatiku
Aku larikan mata
sembunyi sebalik belakangmu..
Aku rindu bauanmu
Lantas aku alihkan tarikan debar yang mengikat
Bahumu sentiasa selesa
Ruang dadamu menghangatkan
Jelas berat nafasmu yang kau hembus.
aku raih telapak tanganmu
untuk aku ukur besar mana jemarimu
kau masih begitu
selalu sejuk...diluaran, dingin.
Tapi bila dengan aku hangatmu
tak perlu kau tunjuk.
Kuatnya meruntun
sampai kau saat ini belum mahu menemukan.
Jangan bertanya mengapa rasa itu hadir.
sebab tiada yang istimewa dari bait-baitnya
cuma hadirnya begitu tulus
hingga begitu sakit menikam-nikam pembuluh darah
saat menghilangnya ia.
Kau berjalan seiring denganku
Aku meneka bayanganku itu
senantiasa menghantui jiwamu kelak
Realiti kita.Separuhmu
Aku juga separah kamu.
Dalam titisan embun pagi
kau acuh, kau diamkan, kau relakan
kau tahan
agar aku bisa mengerti keinginanmu
Kepergiannya meninggalkan rindu yang terpunggut
olehku.
Maaf tiada judul ceritera kita
kau tahu mahuku
Aku mengerti lukamu
Manis pertemuan kita simpan untuk
No comments:
Post a Comment